Arsip

Archive for the ‘Fiqh Wanita’ Category

Menata Cemburu


Cemburu dalam ruang-ruang keluarga kadang mirip seperti mecin dalam masakan. Tanpa mecin, masakan jadi hambar. Begitu pun sebaliknya. Kebanyakan mecin, masakan jadi sangat tidak sehat.

Cemburu merupakan hal lumrah dalam hubungan cinta. Bahkan, sangat bagus. Dalam Islam, seorang bisa dipertanyakan keislamannya jika tak lagi cemburu jika Islam dicela, dipermainkan, dan dikucilkan. Semakin tinggi kecintaan seorang muslim dengan agamanya, kian tinggi tingkat kecemburuannya. Bahkan Allah swt. Yang Maha Sayang, cemburu jika ada hambaNya melakukan dosa. Bedanya, cemburu Allah tidak karena emosi.

Begitu pun soal interaksi suami isteri. Islam mencela seorang suami atau isteri yang cuek dengan pasangannya. Tak peduli mau gonta-ganti pasangan, yang penting bisa menjaga keutuhan rumah tangga. Sikap ini disebut sebagai dayus, orang yang cemburunya telah mati.

Masalahnya, seperti apa takaran cemburu yang wajar. Karena dalam rumus keseimbangan hidup: yang kurangnya bisa buruk, kalau kebanyakan juga dapat merusak. Paling tidak, bisa merusak keseimbangan emosi diri sendiri. Setidaknya, dilema itulah yang kini dirasakan Pak Endi. Baca selengkapnya…

Kategori:Fiqh Wanita

Wahai Saudariku, Kenapa Engkau Berpakaian Tapi Telanjang?


Sam Jackson, bos sebuah perusahaan di New Castle, Inggris pernah mengatakan, ” Sekarang kita bisa saling melihat satu dengan yang lain dalam keadaan telanjang, tidak ada penghalang lagi. Dengan tradisi baru ini, kami menemukan bahwa kami menjadi lebih bebas dan terbuka terhadap satu dan lainnya. Dampaknya terhadap perusahaan menjadi lebih baik.”

Menurutnya, ide, inovasi dan terobosan kreatif amat penting dilakukan di masa-masa krisis ekonomi seperti sekarang ini. Bekerja dalam keadaan telanjang diyakininya dapat memompa semangat dan meningkatkan produktivitas kerja. Mengenakan pakaian merupakan penghalang bagi peningkatan prestasi kerja. Dengan cara ini omzet perusahaan akan meningkat karena para karyawannya sangat bergairah ketika bekerja.

Untuk itu dia membuat peraturan, seminggu sekali setiap hari Jum’at para karyawannya baik laki-laki maupun perempuan diharuskan untuk tidak menempelkan sehelai benang pun pada tubuh mereka ketika bekerja di kantor. Lebih lanjut dia menambahkan, “Awalnya terasa aneh dan janggal, tapi setelah itu saya menjadi terbiasa. Saya berjalan telanjang menuju meja kerja saya, dan itu kini tidak masalah lagi. Saya merasa benar-benar nyaman.” Baca selengkapnya…

Kategori:Fiqh Wanita

Olah Raga Muslimah


Secara umum tidak ada keterangan ilmiah yang membatasi wanita dalam berolah raga.

Islam juga tidak melarang , bahkan menganjurkan wanita-wanita muslimah untuk berolah raga. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengajak Aisyah radhiyallahu ‘anha berlomba lari, sebagaimana Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah berkata :

“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengajakku lomba lari dan aku mengalahkannya. Kemudian aku berdiam diri sampai aku menjadi gemuk. Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengajakku lomba lari dan beliau mengalahkanku. Beliau bersabda : ‘Ini sebagai balasan dari lomba yang lalu.’”

Kita bisa melakukan olah raga apa saja (1). Secara umum tidak ada pembedaan ini olah raga maskulin (sehingga hanya cocok untuk pria)  dan ini olah raga feminin (sehingga hanya cocok untuk wanita). Karena tujuan olah raga bermuara pada satu tujuan yaitu mencapai kondisi tubuh yang fit. Tidak terkotak-kotak berdasarkan jenis kelamin karena masing-masing olahraga memiliki karakteristik. Sebagai contoh, renang sangat baik untuk melatih kekuatan paru-paru, sehingga penderita asma-baik pria atau wanita- dianjurkan rutin olah raga renang. Baca selengkapnya…

Kategori:Fiqh Wanita

Istimewanya Muslimah


Muslimahzone.com – KAUM feminis bilang susah jadi muslimah, lihat saja peraturan di bawah ini :

1. Muslimah, auratnya lebih susah dijaga daripada pria.

2. Muslimah, perlu meminta izin dari suaminya jika hendak keluar rumah tetapi tidak sebaliknya.

3. Muslimah, haknya sebagai saksi lebih kecil daripada pria.

4. Muslimah, menerima harta warisan lebih kecil daripada pria.

5. Muslimah, harus menghadapi kesusahan mengandung dan melahirkan anak.

6. Muslimah, wajib taat kepada suaminya tetapi suami tidak wajib taat pada isterinya.

7. Muslimah, talaknya terletak di tangan suami dan bukan padanya. Baca selengkapnya…

Kategori:Fiqh Wanita

Wahai Saudariku, Kenapa Engkau Berpakaian Tapi Telanjang?


Muslimahzone.com – Sam Jackson, bos sebuah perusahaan di New Castle, Inggris pernah mengatakan, ” Sekarang kita bisa saling melihat satu dengan yang lain dalam keadaan telanjang, tidak ada penghalang lagi. Dengan tradisi baru ini, kami menemukan bahwa kami menjadi lebih bebas dan terbuka terhadap satu dan lainnya. Dampaknya terhadap perusahaan menjadi lebih baik.”

Menurutnya, ide, inovasi dan terobosan kreatif amat penting dilakukan di masa-masa krisis ekonomi seperti sekarang ini. Bekerja dalam keadaan telanjang diyakininya dapat memompa semangat dan meningkatkan produktivitas kerja. Mengenakan pakaian merupakan penghalang bagi peningkatan prestasi kerja. Dengan cara ini omzet perusahaan akan meningkat karena para karyawannya sangat bergairah ketika bekerja.

Untuk itu dia membuat peraturan, seminggu sekali setiap hari Jum’at para karyawannya baik laki-laki maupun perempuan diharuskan untuk tidak menempelkan sehelai benang pun pada tubuh mereka ketika bekerja di kantor. Lebih lanjut dia menambahkan, “Awalnya terasa aneh dan janggal, tapi setelah itu saya menjadi terbiasa. Saya berjalan telanjang menuju meja kerja saya, dan itu kini tidak masalah lagi. Saya merasa benar-benar nyaman.” Baca selengkapnya…

Kategori:Fiqh Wanita

Sedih Yang Tercela Dan Terpuji


Muslimahzone.com – Setiap orang pasti pernah bersedih seperti kala diberi cobaan atau ujian oleh AllahTa’ala. Perlu diketahui sedih asalnya tidak bisa menolak bahaya atau mendatangkan manfaat, artinya yang disedihkan atau diratapi tidak bisa kembali. Namun sedih itu sendiri bisa terpuji dan bisa pula tercela. Kapan sedih  itu berbuah pahala dan sebaliknya? Hal itu diterangkan oleh Ibnu Taimiyah berikut ini.

Abul ‘Abbas Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

Sedih tidaklah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Bahkan kadang sedih itu terlarang dalam beberapa keadaan tatkala dikaitkan dengan hal agama. Seperti firman Allah Ta’ala,

وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (QS. Ali Imron: 139). Baca selengkapnya…

Kategori:Fiqh Wanita

Perempuan


Dahulu, Islam telah menempatkan perempuan pada posisi yang sangat mulia. Jika harus dibuat daftar prioritas manusia yang harus dihormati, maka urutannya adalah ibumu, ibumu, ibumu, dan kemudian bapakmu. Sehebat-hebatnya seorang lelaki, segagah-gagahnya seorang suami, semulia-mulianya seorang ayah, takkan bisa ia melampaui kehormatan seorang ibu di mata anaknya; paling tidak, demikianlah yang telah digariskan oleh Islam.

Dahulu, seorang perempuan shalihah diukur dari kemampuannya menjaga kehormatan diri. Seorang lelaki shalih menjaga kehormatannya dengan memilih perempuan shalihah sebagai pendampingnya, demikian juga seorang perempuan shalihah memelihara kehormatannya dengan memilih lelaki shalih sebagai pendampingnya. Seorang perempuan salehah hanya pantas untuk lelaki saleh. Oleh karena itu, Khadijah r.a. pun membulatkan tekadnya untuk menawarkan diri kepada lelaki yang bekerja untuknya, karena ia tahu lelaki itu sangatlah mulia. Khadijah r.a. tidak menggadaikan standar kemuliaan yang telah dipilihnya, dan kita tahu standarnya tidaklah main-main, karena pada akhirnya semua orang tahu bahwa lelaki pilihannya adalah manusia paling mulia di sepanjang jaman. Baca selengkapnya…

Kategori:Fiqh Wanita

Peran Muslimah dalam Membangun Mental dan Karakter Bangsa Indonesia


Dimulai dari sesuatu yang indah ketika kita membayangkan kesempurnaan muslimah dari sosok bunda Khadijah yang keibuan, sosok cerdas dan kritis penuh tanya Aisyah ra., dan sosok para shahabiyah-shahabiyah lain di masa Rasulullah. Mereka adalah bintang-bintang peradaban yang pesonanya tak pernah pudar untuk memberikan sinar tauladannya masing-masing kepada para muslimah akhir zaman ini.

Mempelajari kisah perjuangan dari para sosok-sosok shahabiyah yang luar biasa tersebut, kita mendapatkan beragam tauladan peran yang mengagumkan untuk dijadikan sebagai sumber referensi utama dalam membangun peran kebermanfaatan seorang muslimah. Karena hadirnya shahabiyah-shahabiyah yang cemerlang pada masa Rasulullah Muhammad SAW, membuktikan ruang gerak muslimah berperan dalam pengembangan peradaban Islam.

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain”, begitulah Rasulullah mengajarkan umatnya termasuk para muslimah untuk menjadi pribadi yang senantiasa menebar kebaikan dimanapun dia berada. Segala potensi yang melekat pada diri muslimah bisa menjadi pintu kebaikan. Tidak hanya harta, tapi juga ilmu dan  ketrampilan, bahkan senyuman motivasi seorang muslimah dapat menjadi kebaikan bagi saudaranya yang lain jika dilakukan dengan niat yang bersih dan benar hanya karena Allah SWT. Baca selengkapnya…

Kategori:Fiqh Wanita

Muslimah dan Rasa Malu


Hampir diseluruh dunia sepakat bahwa wanita selalu menjadi ikon tunggal kecantikan dengan akumulatif apresiasinya terhadap wajah serta tubuh yang indah. Apresiasi ini mungkin tidak salah, karena secara fitrah wanita hadir dengan sosok yang lembut dan indah. Dari sosok seperti inilah maka sepantasnya muslimah menghiasi dirinya dengan rasa malu. Mengapa harus Malu?

Rasa malu adalah sifat yang mulia. Rasa malu, seluruhnya adalah kebaikan. Rasulullah SAW merupakan profil yang menjadi panutan dan tauladan dalam perihal rasa malu. Bahkan sampai disebutkan bahwa beliau lebih pemalu dari gadis pingitan yang berada dalam kamarnya. Rasa malu adalah akhlak yang mulia, akhlak yang dimiliki oleh orang-orang yang baik. Setiap orang yang memiliki rasa malu niscaya akan tercegah dari perkara-perkara yang buruk dan jelek yang dimurka oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya serta dibenci oleh manusia. Baca selengkapnya…

Kategori:Fiqh Wanita

Lisan Perempuan dalam Kehidupan


Ketika perempuan tak mampu lagi mengendalikan lisan.

Dimanapun selalu membicarakan kesia-siaan.

Maka imanlah yang dibutuhkan. Hingga lisan selalu dalam kebaikan.

Rara termenung di sudut musholla kantor tempat ia bekerja. Di depannya ada Nena yang menangis sesenggukan. Benar kata orang, lidah perempuan lebih panjang daripada tali. Terbukti cerita murahan itu sudah menyebar, bukan hanya di divisi tempatnya bekerja, tetapi teman dari divisi lain pun menanyakan kepada Rara tentang masalah yang sedang dialami Nena. Entah kabar burung dari siapa yang membuatnya. Rara sendiri terkaget, ketika seorang teman bertanya padanya, apa benar Nena menjalin hubungan super spesial dengan si “x” dari Kepala Divisi lain. Bahkan Nena dituduh telah melangsungkan pernikahan diam-diam dengan si “x” tersebut. Awalnya Rara mencoba menenangkan Nena dengan tidak usah menggubrisnya. Karena memang hubungan Nena hanya sebatas rekan kerja saja dan menghormati beliau yang memang atasan Nena. Dan Nena tak mau terjadi hal yang tak diinginkan dengan keluarga mereka. Nena sadar bahwa ia yang belum menikah harus menjaga harga dirinya sebagai seorang muslimah, maka Nena berusaha menjelaskan kepada beberapa orang bahwa kabar itu tidak benar. Kedekatan mereka hanya sebatas satu tim dalam proyek yang mereka tangani. Dan mereka dengan 14 orang lainnya dalam 1 tim, bukan hanya mereka berdua saja. Sedangkan Nena juga tak ingin keluarga terutama istri beliau juga mengkhawatirkan keadaan suaminya yang tiba-tiba difitnah dengan cerita murahan ini. Sampai suatu ketika bukan hanya di tempat kerja saja cerita bohong ini disebarkan, bahkan pengajian yang Nena ikuti juga membicarakannya. Ternyata teman sepengajian Nena punya sepupu yang satu kantor dengannya. Baca selengkapnya…

Kategori:Fiqh Wanita