Arsip

Archive for Maret 21, 2012

Milad Ana Yang Ke 24 Tahun


Alhamdulillah, Segala Puji Bagi Allah. Pada Hari ini Saya milad yang ke 24 Tahun. Disini saya mau menulis kembali sebuah puisi dari seorang Ikhwan yang mencintai saya karena Allah. Sebuah puisi yang beliau kasih saat saya milad ke 20 Tahun yaitu pada tahun 2008.

Sepanjang Usiaku

Waktu terasa semakin berlalu
Hingga ku terlalu lama jauh
Tak terasa usia ini tlah bertambah
Meninggalkan secarik cerita tentangku
Tentang sepanjang usiaku

Dibanyak malam ku berdo’a
Karna diri ini trus merana
Bagai pohon yang siap terlumat
Terlumat oleh tebing yang curam
Tiada bersih hanya penuh nista
bermadikan cahaya kegelapan yang muncul
Atas apa yang tlah kulakukan slama ini

Ya Allah, Engkau Tuhan Yang Disembah..!
Ku tahu semakin bertambahnya usiaku
Maka seharusnya bertambah pula imanku
Kuatkanlah imanku dalam keadaan apapun
Dan janganlah Kau bolak-balikkan hatiku
Setelah Kau berikan hidayah-Mu Baca selengkapnya…

Kategori:Dunia Muslimah

Mama…maafkan Aku Mama


Oleh Icha Putri

Hari sudah gelap, semburat merah langitpun telah hilang…..sayup-sayup sepanjang jalan kudengar masjid telah mengumandangkan Adzan Isya….. yach waktu telah Isya, seperti biasa aku baru tiba dirumah.
Diruangan yang cukup redup, nyaman….ruangan yang selalu ada dipikiranku…ruangan yang selalu aku merinduinya, ruang keluarga dirumah. Beliau sudah terlihat sangat lelah…duduk disofa kesayangannya menikmati saat-saat istirahat setelah seharian beliau mempersiapkan segala sesuatunya untuk keluarga tercinta, mempersiapkan makan untuk suami, anak-anak tercinta, pengabdian, pengorbanan mana lagi yang kau anggap kurang, maka pantaslah Tuhan mewakilkan diri-Nya kepada beliau…. “Ridha orang tua adalah Ridha Allah……..
Ibu,………
Mama,……
Posisimu lebih mulia 3 kali dari pada Bapak………..

Maafkan aku mama, ampuni aku mama, aku anakmu yang masih belum bisa berbakti kepadamu, Baca selengkapnya…

Kategori:Dunia Muslimah

Menelusuri Jejak Kartini


Oleh Vita Sarasi

Episode akhir hidup Raden Adjeng Kartini adalah akhir hidup yang penuh hidayah. Secara tersirat beliau mengajak wanita Indonesia (khususnya wanita Jawa pada waktu itu) untuk belajar Al-Qur’an, baik cara membacanya, menghapalkannya, mengerti isinya, dan mengamalkannya.

***

Kyai, perkenankanlah saya menanyakan, bagaimana hukumnya apabila seorang yang berilmu, namun menyembunyikan ilmunya?

Pertanyaan ini diajukan Kartini kepada Kyai Haji Muhammad Sholeh bin Umar, atau lebih dikenal dengan Kyai Sholeh Darat, ketika berkunjung ke rumah pamannya Pangeran Ario Hadiningrat, Bupati Demak. Waktu itu sedang berlangsung pengajian bulanan khusus untuk anggota keluarga dan Kartini ikut mendengarkan bersama para raden ayu lainnya dari balik tabir. Karena tertarik pada materi pengajian tentang tafsir Al-Fatihah, setelah selesai Kartini mendesak pamannya agar bersedia menemaninya untuk menemui Kyai tersebut. Baca selengkapnya…

Kategori:Dunia Muslimah

Maafkan Ibu Nak!


Oleh Halimah

Tanda-tanda orang munafik ada tiga : Apabila berbicara dia dusta, apabila berjanji dia mungkir dan apabila di percaya dia khianat. Hari ini saya termasuk di dalamnya. Astagafirullah ‘Aladzim!

Pagi ini saya memburu anak bungsuku, agar bergegas mandi dan berpakaian. Anakku berumur tiga tahun. Saya menjanjikannya untuk pergi ke Town Hall ( termasuk daerah Sengata Baru ). Daerah itu termasuk kategory yang di senangi anak-anak, bagi kami yang tinggal di Sengata lama. Anakku sangat suka membeli CD ataupun barang mainan yang disukainya. Biasanya kami rekreasi dan sekaligus berbelanja untuk anak-anak pada hari minggu pertama, di awal bulan. Maklum khan, dompet masih penuh.

Hari ini pertemuan anggota dan pengurus Forum Lingkar Pena ( FLP )Cabang Sengata. Pertemuannya di adakan di daerah Sengata Baru, komplek perumahan karyawan PT Kaltim Prima Coal ( PT KPC ). Saya punya planning, pergi ke daerah Town Hall sekedar menyenangkan anak, baru melanjutkan ke rumah tempat pertemuan dengan naik becak. Baca selengkapnya…

Kategori:Dunia Muslimah

Maafkan Aku Isteriku…


Oleh Al Furqan

Emak, saya dibesarkan oleh Emak dengan penuh perhatian. Emaklah yang memandikan saya dan adik-adik hingga saya mampu untuk mandi sendiri. Saya dan adik-adik hanya berbaris di depan sumur lalu Emak menguyur tubuh kami dengan ember yang berisi air yang ditimba dari dalam sumur.

Emaklah yang memakaikan seragam sekolah hingga menyuapi sarapan pagi. Saya hanya tinggal buka mulut, suapan tangan Emak pun masuk ke mulut saya. Lalu Emak akan mengantar kami ke sekolah. Setelah itu Emak kembali ke rumah untuk mengurus Bapak.

Bapak, saya tak pernah dekat dengan Bapak. Bukan karena Bapak saya orang jahat. Bukan karena saya tak pernah mencurahkan gundah di hati saya. Bukan karena Bapak tak pernah memeluk saya dengan hangat. Bukan karena Bapak tak pernah tertawa dengan gurau yang saya lontarkan.

Entahlah hati saya merasa jauh dari Bapak. Kami memang saling menyapa, tetapi semua itu hanya basa-basi. Saya dan Bapak tidak pernah berbicara mengenai perasaan kami. Saya tak pernah mendengar ungkapan cinta dari bibir Bapak. Saat Bapak memeluk, saya merasa dipeluk oleh mahluk asing. Hambar, tak ada gejolak.

Berbeda ketika Emak memeluk saya. Saya merasa begitu damai dan aman. Saya seperti mendengar nyanyian merdu dari dalam dadanya. Tubuhnya begitu hangat membuat saya betah berlama-lama dalam pelukan Emak sehabis mandi pagi.

Pada Emaklah saya banyak bercerita. Tentang sekolah dan teman-teman saya. Juga saat pertama kali saya suka pada teman wanita saya. Emak mengajarkan saya banyak hal. Tetapi Emak tak pernah mengajarkan saya pekerjaan rumah. Emak bilang itu pekerjaan perempuan.

Bapak, tak pernah mengajari saya. Bapak memberikan hadiah sepeda tetapi tidak mengajari saya naik sepeda. Bapak membelikan saya kelereng, tetapi tidak mengajari saya cara menggunakannya. Bapak membelikan saya layangan tetapi tidak menemani saya bermain layangan. Hanya Bapak sering berkata bahwa saya tidak boleh cengeng. Lelaki tidak boleh menangis. Jadi laki-laki harus kuat dan tegar.

Saya sering memperhatikan Emak mencuci piring. Melihat busa yang dihasilkan oleh sabun colek yang Emak pakai. Saya ingin membantu Emak agar saya dapat bermain dengan sabun tersebut. Tetapi Emak melarang saya, malah Emak meminta saya untuk bermain layangan dengan teman-teman saya di depan rumah.

Saya ingin membantu Emak di dapur, tetapi lagi-lagi Emak berkata itu pekerjaan perempuan. Malang sekali perempuan, pikir saya saat itu. Apalagi saya tak pernah melihat Bapak membantu Emak mengurus kami ataupun membantu Emak di rumah. Semuanya dilakukan oleh Emak. Kata Emak karena Bapak sudah capek bekerja mencari uang, lagi pula semua itu tugas perempuan.

Suatu ketika saat bermain kelereng saya berkelahi dengan seorang anak lelaki seusia saya. Tetapi badannya lebih kecil. Saya pukul dia hingga badannya babak beluk. Teman-teman saya tidak ada yang memisahkan kami. Bahkan mereka menyemangati kami. Hingga akhirnya Bapak anak yang saya pukul datang lalu memisahkan kami.
“Anak siapa kamu?! Anak kurang ajar! Dimana Ibumu?!” Lelaki itu menghardik saya. Lalu membawa saya pulang. Dia pun menghardik Emak. Katanya Emak tidak becus mengurus dan mendidik saya hingga saya menjadi anak kurang ajar. Rasanya saya ingin menghajar lelaki tersebut yang berani memaki Emak.

Kasihan Emak. Sejak saat itu saya tak nakal lagi. Saya tak ingin Emak yang disalahkan karena kenakalan saya. Tak ingin Bapak marah pada Emak karena perbuatan saya.

Saya mulai beranjak remaja, di sekolah saya sering menjadi juara kelas. Bapak datang mengambil rapor saya. Bapak dipuja oleh kepala sekolah dihadapan orangtua yang lainnya. Saya pun bertanya dalam hati, mengapa Bapak yang dipuja ketika saya berprestasi. Bukankah Emak yang telah mengajari saya?

Setamat SMA saya melanjutkan kuliah di kota lain. Saya mulai aktif di kegiatan masjid. Saya mulai belajar tentang agama saya. Juga mengenai peran perempuan yang sebenarnya. Tidak seperti yang selama ini saya dapat dari Emak. Dan Emak mendapatkannya dari nenek saya.

Ketika musim libur saya kembali ke rumah. Di rumah Emak mengurus saya sama seperti saya waktu kecil. Saya ingin menolaknya. Tetapi setiap kali melihat kebahagian di mata Emak saat menghidangkan makanan di hadapan saya, keinginan tersebut lenyap. Begitu juga saat saya ingin membantu Emak membersihkan rumah. Emak melarang saya dan meminta saya duduk di serambi rumah dengan Bapak. Hati saya merasa tak nyaman melihat Emak bekerja sementara Bapak hanya duduk sambil menghisap rokok ditemani secangkir kopi.Tetapi saya tak bisa berbuat apa-apa. Saya pun memenuhi permintaan Emak duduk di sebelah Bapak, tetapi kami hanya saling membisu. Seperti dua mahluk yang berbeda, tak tahu harus berkata apa.

Setelah saya selesai kuliah, saya pun menikah dengan teman kuliah saya yang berasal dari kota yang sama. Seperti Emak, isteri saya mengurus saya dan rumah dengan baik. Walaupun dia juga bekerja sebagai karyawati di sebuah perusahaan. Saya mulai merasakan sesuatu yang salah dalam diri saya. Rasanya saya sudah terbiasa hidup dilayani. Saya sudah terbiasa hidup seperti raja, walaupun saya tahu itu tidak benar. Seharusnya saya membantu isteri saya di rumah, tetapi saya tidak terbiasa untuk itu. Dari kecil saya tidak dilatih untuk mengerjakan pekerjaan rumah.

Isteri saya tidak pernah mengeluh, walaupun saya tahu tubuhnya sangat letih. Dia selalu berkata ingin menjadi isteri yang baik. “Isteri harus berbakti dan melayani suami,” pesan ibu mertua pada isteri saya.

Saat anak pertama saya lahir, ada rasa bahagia dan takut dalam diri saya. Entahlah saya takut tak dapat mendidiknya dengan baik. Apalagi saya tak pernah melihat Bapak mengajari kami ataupun menasehati kami tentang kehidupan. Saya tak tahu harus mencontoh siapa dalam mendidik putra saya.

Setelah melahirkan, isteri saya tinggal di rumah, mendapat cuti dari kantornya. Dia pun merawat bayi kami dengan baik. Malam hari ketika bayi kami menangis, isteri saya berusaha menenangkan tanggisan tersebut. Bayi kami dibawa keluar kamar. Isteri saya tak ingin tidur saya terganggu dengan tanggisan tersebut. Ketika saya ingin menenangkan bayi kami, isteri saya meminta saya kembali tidur. Dengan alasan besok saya harus masuk kerja, sedangkan dia tak perlu ke kantor. Saya pun menurut, lagi pula saya memang ngantuk. Saya tak pernah berusaha meyakinkan isteri saya. Mungkin karena ada perasaan aneh saat saya harus mengurus bayi, atau karena saya sudah merasa keenakan dengan kebaikan isteri saya.

Isteri saya telah habis masa cutinya, tetapi perhatian pada bayi kami tidak berkurang. Dia tetap memberikan ASI. Saat pulang dari kantor isteri saya datang membawa ASI yang disimpan dalam botol-botol kecil. Walaupun isteri saya harus lembur tak lupa dia dengan kebutuhan bayi kami.

Hari itu, isteri saya pulang terlambat. Saya sudah terlelap tidur saat dia datang. Sedangkan bayi kami diurus oleh pengasuhnya sampai isteri saya datang. Isteri saya kembali ke rumah dalam keadaan sangat letih. Bayi kami menangis malam itu. Seperti biasa isteri saya bangun untuk menenangkan bayi kami. Tidak seperti biasanya malam itu isteri saya membiarkan bayi kami tetap berada di kamar sedangkan dia keluar untuk mengambil botol susu.

Saya baru saja akan terlelap dalam mimpi ketika saya mendengar teriakan dan dentuman dari arah tangga rumah kami. Segera saya loncat dari tempat tidur menuju suara tersebut. Jantung saya berpacu cepat seketika saat melihat di bawah tangga isteri saya tergeletak tak bergerak. Saya berusaha membangunkannya tetapi dia tidak juga bergerak. Rupanya ketika dalam keadaan letih, ngantuk dia berjalan dalam ruangan gelap menabrak ujung tangga dan terpeleset jatuh. Kepalanya menghantam tangga hingga ke lantai satu.

Setelah tak sadarkan diri selama lima hari, isteri saya pun pergi menghadapNya. Saya hanya dapat menyesali diri. Saya menyesal tidak membantu isteri saya dalam mengurus bayi kami malam itu. Padahal saya bisa memberikan ASI dalam botol tersebut. Saya tahu tugas sayalah melindungi isteri dan bayi kami. Tetapi mengapa saya ragu? Kini saya tak tahu bagaimana merawat dan membesarkan bayi. Bagaimana mendidiknya kelak. Saya tak pernah punya contoh. Isteriku, maafkan aku. (BR)

(eramuslim)

Kategori:Dunia Muslimah

Misteri Jodoh: Penantian Puluhan Tahun Seorang Gadis


Oleh Lhinblue

Sholat jum’at baru saja usai ditunaikan. Pak Yunus seperti biasa masih berada dalam masjid bersama beberapa bapak yang lain. Tiba-tiba, baru saja selesai berdzikir, Pak Daud menghampiri Pak Yunus: menepuk pundak Pak Yunus lantas berjabat tangan. Ya, Pak Yunus dan Pak Daud sudah berteman sejak lama semenjak dipertemukan dalam satu pengajian.

“Gimana kabarnya Pak?”, sapa Pak Daud

“Alhamdulillah baik. Bapak sendiri gimana?”, balas Pak Yunus

“Alhamdulillah.. (terdiam sebentar). Ngomong-ngomong,, masih sendirian aja nih Pak?”, Pak Daud melempar pertanyaan gurauan yang selama ini sering diajukannya.

Pak Yunus hanya tersenyum seperti biasanya jika ditanya hal itu. Baca selengkapnya…

Kategori:Dunia Muslimah

Emang Akhwat Bisa Jatuh Cinta?!


Oleh Lhinblue

Wah, ngomongin tentang cinta. Akhwat?!Jatuh cinta?! Emang bisa?!

Woi, woi, akhwat juga manusia, akhwat juga bisa jatuh cinta, seakhwatnya akhwat juga punya rasa cinta, benci, suka, dll.

Nih, salah satu contoh percakapan dua orang akhwat:

Nayla: “ras, mau nanya donk!”

Laras: “nanya apa?!“

Nayla: “tapi, kamu jawab yang jujur ya!”

Laras: “iya, emang apa?”

Nayla: “kamu pernah jatuh cinta ga?” Baca selengkapnya…

Kategori:Dunia Muslimah

Cantik Jadi Kriteria? Salahkah?


Oleh Lhinblue

Bismillahirrahmanirrahim..

Tangan ini ternyata tergelitik untuk menuliskan sesuatu. Ada yang tau apa yang membuat tangan ini tergelitik gatal untuk segera menulis? Aku ngeliat postingan dan notes beberapa MPers tentang ikhwan yang mendambakan akhwat cantik. Sebenernya emang ada yang salah dengan itu? Aku rasa tidak! Sebenernya kalau kalian tau hai para ikhwan, setiap akhwat itu cantik kok!

Dan buat para akhwat, kalian tuh punya daya tarik masing2! Peliharalah itu! Bersyukurlah seharusnya, jika daya tarikmu itu tidak mudah dilihat orang lain! Jangan pernah merasa minder n takut nikah hanya karena gara2 banyak ikhwan yang menginginkan wanita yang cantik sebagai pendampingnya, PD aja lagi.. Baca selengkapnya…

Kategori:Dunia Muslimah

Letak Kekuatan Lelaki dan Perempuan


Oleh S.F. Lussy Dwiutami Wahyuni

Proses, merupakan kata sakral yang sering disebut-sebut dalam setiap momen. Rasanya tidak ada satu sisi kehidupanpun yang terlepas dari cengkraman kata “proses.” Mulai dari menatap dunia sampai dengan menutup dunia pasti ada proses yang membackdropi semua cerita.

Kalau selama ini ada istilah ujian adalah garamnya kehidupan, nah proses bisa dianalogikan sebagai kokinya. Lho kok kenapa koki? Yups, karena kokilah yang mempunyai peranan penting dalam mengeksekutor semua hal. Enak atau tidaknya suatu makanan tergantung kejelian, keahlian, ketangkasan, kekreatifan, dan kecerdasan koki dalam memformulasikan bumbu dengan bahan-bahan lainnya. Jadi bisa dikatakan, sebagus apapun input bila tidak diproses secara optimal akan menghasilkan suatu hal yang sama saja (bila tidak mau dikatakan tidak ada spesial-spesialnya sama sekali). Dan sebaliknya, input yang biasa-biasa saja, namun sang koki mampu mentreatmentnya dengan benar dan sesuai akan menghasilkan output yang spesial juga. Baca selengkapnya…

Kategori:Dunia Muslimah

Lelaki Berhati Perempuan


Oleh Dian Sianturi

“ Bambang itu orangnya lembut banget sana mamaknya ini. La wong waktu SMP aja, dia tu masih melukin mamaknya ini. Sampai ibu ngak enak ati. Ibu bilang sam adia. Kamu ni to le, jangan kayak gini kagi, La wong wes gede”, ujar wanita  setengah baya itu sambil terkeheh.

“ Tamat SMA kemarin aja, dia ndak pengen kuliah seperti temen- temennya yang lain. Malahan dia nyari gawe dewe, Jadi kuli  jalan, bareng temen – temenya yang lain. Dia tu sayang  banget sama adeknya, apalagi sama yang kecil ini. Manja banget sama ma-mas nya. Malahan  kadang mau ngikut kalo masnya mau pergi dinas”, lanjutnya sambil menghapus air mata yang tak terasa menetes di pipinya.

Saya  hanya mengangguk-angguk, berusahan menagkap suara khas  Jawa dengan bahasa Indonesia yang bercampur Jawa dari bibir wanita yang berusia 40-an itu. Seorang wanita yang sangat antusias sekali menceritakan kerinduanya kepada anak laki-lakinya. Baca selengkapnya…

Kategori:Dunia Muslimah